Sabtu, 17 Maret 2012

Cintamu Bagai Air Di Hidupku

Kelembutan air mengikiskan aku yang rentang akan halusku, masih bisakah aku yang terkikis kembali menjadi indah agar dapat berenang di lembutnya alun-alun cintamu.
Bahagianya hati ini yang selalu terteteskan cintamu, tapi waktu yang bernyanyi indah di duniaku tanpa sadar aku hancur tekikis sedikit demi sedikit dan mulai menjadi serpihan pasir yang siap hilang kapan cintamu siap menghempas kan aku.

Sore itu hujan menggugurkan bunga di sekitarku, menerpaku tanpa aku sadari lembutnya air di hatimu menghempas ku keluar dan menangis berputar kehilangan arah, entah mengapa engkau tak menahan aku.
Hembusan angin ketika itu menghapus semua bahagiaku kemudian awan datang dengan indah lalu menghitamkan duniaku, berdiri aku di bawahnya tanpa tahu apa itu sambil berteriak dan lembutnya tetesan mu kembali menghancurkan aku, Kamu mengangkat hatiku dan memutarnya hingga hati ini semakin hancur.

Berjalan menuju hangatnya hatimu aku tersiksa, berlari dari dingin nya hatimu aku hancur. Kali ini aku bisa berdiri sendiri meski mentari bersembunyi aku berjalan kedepan melewati kegelapan melawan waktu untuk melupakanmu.
Seandainya waktu berhenti aku ingin berkata aku mencintaimu, karna saat itu tak ada yang bisa mendengarkan ucapku termasuk kamu lalu aku akan pergi menjauh, sungguh itu sudah menjadi bahagiaku, Sungguh.

Melangkah aku di hatimu, setiap jejakku menimbulkan percikan api yang membakar setiap perjalanan cintaku di hatimu. Aku yang lemah tanpa bisa menegaskan cinta ini, hanya bisa bertahan, hanya bisa bersabar, hanya bisa pasrah, hanya bisa menunggu, hanya bisa menangis melawan takdir, hanya bisa terima dengan cerita gelap ini, hanya bisa bersembunyi dari kata hati yang banyak ingin aku sampaikan, hanya bisa terdiam meski hati ini terus berteriak, hanya bisa tersenyum sandiwara, aku yang lemah tanpa ada suara terhadapmu. Pasrahku tak mempengaruhimu hanya memperburuk kadaan, makin memperburuk cerita, maaf bila aku mengakhirinya, Maaf.

1 komentar: